Stunting di Kukar Masih Menjadi Tantangan, Perlu Langkah-Langkah Mengatasinya

Lintaskaltim.com, TENGGARONG – Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami keterbelakangan pertumbuhan akibat kurang gizi. Stunting dapat menimbulkan masalah kesehatan, kecerdasan, emosi, dan sosial pada anak. Stunting juga dapat menghambat pembangunan karena menurunkan kualitas sumber daya manusia.

Kutai Kartanegara (Kukar) masih menghadapi tantangan stunting yang cukup besar. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Kukar pada tahun 2022 sebesar 27,1 persen, sedangkan rata-rata nasional hanya 25,2 persen.

Pemerintah kabupaten telah melakukan berbagai langkah untuk mengatasi stunting dengan melibatkan semua organisasi perangkat daerah (OPD) yang terkait. Namun, langkah tersebut belum efisien karena masih ada faktor-faktor lain yang berperan dalam stunting.

Salah satu faktor yang vital adalah perilaku masyarakat. Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kukar, Hero Suprayetno, mengatakan bahwa perilaku masyarakat harus diubah untuk mengatasi stunting.

“Persoalannya memang banyak faktor yang menyebabkannya dan kita menguraikan dari faktor-faktor tersebut, ketika masyarakat kita juga ada dalam konteks penanganan stunting itu ada kondisi ekonomi yang tidak punya kapasitas untuk meningkatkan keluarganya tapi ada juga dari faktor perilaku,” kata Hero, Rabu (22/11/2023).

Perilaku masyarakat yang tidak sehat antara lain tidak memberikan ASI eksklusif, tidak memberikan makanan pendamping ASI, tidak memberikan imunisasi, tidak menjaga kebersihan, dan tidak mengikuti program keluarga berencana.

Hero menjabarkan bahwa DP3A Kukar terus berkoordinasi dengan OPD lain dan berbagai pihak untuk memberikan sosialisasi, edukasi, dan bantuan kepada masyarakat, khususnya ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita.

Hero juga mengimbau masyarakat untuk lebih peduli dan proaktif dalam mengatasi stunting. Ia berharap, dengan adanya perubahan perilaku masyarakat, stunting di Kukar dapat diatasi.

“Kita harus bersama-sama mengatasi stunting ini, karena stunting ini bukan hanya masalah kesehatan, tapi juga masalah pembangunan. Anak-anak yang stunting akan mengalami gangguan kognitif, emosional, dan sosial, yang akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia di masa depan,” tutupnya. (ADV/DP3A Kukar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *