Lintaskaltim.com, PENAJAM – Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 Penajam Paser Utara (PPU) melakukan implementasi yang diterapkan dari program Sekolah Laboratorium Pancasila (SLP) pada Kamis (7/3/2024). Yakni aksi bakti sosial berbagi 1.000 paket makanan berprotein seperti kacang hijau dan telur rebus yang ditujukan kepada siswa TK dan PAUD hingga panti asuhan dan pesantren di sekitar lingkungan sekolah.
Dalam kegiatan tersebut dihadiri oleh Pj Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) PPU Linda Romauli Siregar yang menyebutkan SPL lebih cenderung kepada pendidikan karakter. Linda mengatakan pancasila sendiri sejatinya bukan sesuatu hal yang baru, namun ia lebih mengaktifkan kembali dalam mengimplementasikan di kehidupan sehari-hari.
“Jadi membiasakan membentuk habit atau kebiasaan dan karekter mereka. Jadi soft skill yang memang benar – benar kita tekankan dalam SPL,” katanya.
Linda mencontohkan kasus karakter siswa yang tidak peduli dengan pidato kepala sekolah ataupun saat dirinya berpidato. Dimana para siswa tidak berada di lokasi kegiatan dan sibuk dengan urusannya masing-masing.
“Nah inilah salah satu contoh yang tepat. Di mana kekurangan terhadap kepedulian kepada guru. Itulah yang menjadi keprihatinan kami,” ujarnya.
Untuk itu Linda mengatakan dari program SLP ini tidak hanya membentuk karakter siswa, tapi juga stakeholder hingga seluruh isi di sekolah.
“Harus ada sesuatu yang dilakukan untuk mengembalikan karakter mereka menjadi karakter pancasila,” jelasnya.
SLP juga mengatasi degradasi moral lainnya. Salah satunya terkait perundungan atau bullying di kalangan sekolah. Implementasi itulah yang ditegakkan di SLP.
“Melalui program SLP, secara jelas membentuk mereka anti perundungan atau bullying,” sambungnya.
Seperti membentuk satuan petugas (Satgas) anak – anak di lingkungan sekolah dengan tujuan perubahan. Jadi jika ditemukan ada percikan atau gelagat siswa – siswi yang ingin membully sesama siswa, satgas tersebut harus berperan di situ. Membentuk antisipasi dengan melakukan aksi terjun langsung untuk melarang aksi bullying atau perundungan.
“Tentu dengan gaya dan bahasa mereka,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala SMP Negeri 1 PPU Budi Lestarianto menambahkan, SLP sendiri pada dasarnya merupakan program yang dituntut untuk meningkatkan karakter siswa – siswi di sekolah.
“Apalagi saat ini degradasi moral sudah terjadi pada anak – anak kita,” tegasnya.
Dengan adanya bullying hingga kekerasan seksual, SLP dapat mempertajam program – program yang sudah diberlakukan di SMP 1 PPU.
“Mulai tahun 2021 kita telah mencanangkan SMP anti perundungan. Jadi dengan adanya SLP, seperti gayung bersambut. Singkron dengan program kita,” pungkasnya. (AK/ADV/Diskominfo PPU)