Lintaskaltim.com, BALIKPAPAN — Warga Balikpapan kembali menyuarakan keresahan soal layanan air bersih. Dari sambungan instalasi yang tertunda, distribusi yang tak merata, hingga air keruh yang mengalir dari keran, keluhan ini menjadi sorotan dalam sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Balikpapan baru-baru ini.
Menanggapi hal itu, Wakil Wali Kota Balikpapan, Bagus Susetyo, memberikan penjelasan komprehensif dalam rapat paripurna DPRD yang membahas pertanggungjawaban APBD 2024, Kamis (10/7/2025). Ia menyampaikan bahwa kondisi tersebut tidak terlepas dari dampak besar fenomena iklim El Nino yang melanda sejak 2023 hingga pertengahan 2024.
“Fenomena El Nino menurunkan ketersediaan air baku secara drastis. Produksi air bersih kita sempat turun hingga 50–60 persen dari kapasitas normal. Ini memaksa Perumda Tirta Manuntung melakukan penyesuaian distribusi, termasuk menghentikan sementara penyambungan baru dan ekspansi jaringan,” jelas Bagus di hadapan para anggota dewan.
Kondisi tersebut berdampak langsung pada layanan ke masyarakat, terutama di wilayah yang belum memiliki jaringan pipa induk. Warga di daerah-daerah pinggiran, seperti Kariangau dan Lamaru, mengaku belum mendapat akses maksimal terhadap layanan air bersih meskipun telah mengajukan permohonan penyambungan.
Namun Bagus menegaskan, memasuki semester kedua 2024, Pemkot bersama Perumda Tirta Manuntung telah melakukan sejumlah langkah perbaikan, termasuk memperbaiki kebocoran pipa yang selama ini menjadi penyebab utama kehilangan air (non-revenue water). Upaya ini terbukti membuahkan hasil. Evaluasi BPKP mencatat adanya penurunan tingkat kebocoran secara signifikan selama periode 2020–2024.
“Ini menjadi dasar bagi kami untuk optimistis menambah cakupan layanan pelanggan pada tahun 2025. Tapi tentu bertahap dan berdasarkan kemampuan produksi serta kesiapan jaringan distribusi,” ujar Bagus.
Bagus juga tak menampik bahwa sejumlah wilayah masih mengalami distribusi air yang belum stabil. Untuk menjaga keadilan layanan dan kestabilan tekanan air, Perumda tengah melakukan pemetaan zonasi dan penyesuaian jam operasional distribusi di beberapa titik.
Terkait minimnya pipa induk di beberapa kawasan, ia menegaskan bahwa pembangunan jaringan induk membutuhkan proses teknis panjang, termasuk pembebasan lahan dan penganggaran multiyears. Oleh karena itu, pengembangan infrastruktur air bersih telah dimasukkan ke dalam Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) sebagai program prioritas utama.
Di sisi lain, keluhan masyarakat soal air keruh juga menjadi perhatian serius. Bagus menjelaskan bahwa kondisi ini umumnya terjadi akibat kebocoran pipa, pengurasan reservoir, atau jaringan pipa tua yang belum direhabilitasi. Untuk mengatasi hal ini, Perumda telah menjalankan program flushing berkala, peremajaan pipa, serta peningkatan sistem pemantauan mutu air.
“Ke depan, kami akan memperkuat pengawasan kualitas air secara real-time di beberapa titik krusial. Kami ingin memastikan air yang sampai ke rumah warga memenuhi standar kesehatan,” tegasnya.
Bagus menutup penjelasannya dengan meminta dukungan politik dari DPRD agar percepatan pembangunan sistem air bersih bisa berjalan mulus. Dukungan ini mencakup penganggaran, percepatan izin, hingga penguatan regulasi untuk kerja sama investasi air bersih.
“Ini bukan hanya soal pelayanan, tetapi soal hak dasar masyarakat dan peningkatan kualitas hidup di kota ini. Kami berkomitmen penuh untuk membenahi sistem secara menyeluruh,” ujarnya.
Dengan berbagai upaya yang kini mulai dijalankan, harapannya layanan air bersih di Balikpapan tak hanya lebih luas jangkauannya, tetapi juga lebih andal dan berkelanjutan bagi seluruh lapisan masyarakat. (ADV/Diskominfo Balikpapan)






