Sri Juniarsih Akui Berau Sudah Bebas dari Kampung Tertinggal

TANJUNG REDEB,- Pemerintah Kabupaten Berau membutuhkan waktu kurang dari empat tahun untuk membebaskan 100 kampung dari status tertinggal.

Berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung (DPMK) Berau, saat ini, 42 kampung telah berstatus mandiri, 39 kampung statusnya berkembang, dan 18 kampung sudah menjadi kampung maju pada tahun ini.

Konsistensi program pemerintah dalam mengintervensi pembangunan infrastruktur pendidikan, kesehatan, dan fondasi ekonomi kampung selama masa jabatan pemerintahan saat ini, berbuah pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di kampung.

Hal ini juga tak lepas dari pengawalan pemerintah daerah dalam memastikan anggaran transfer pusat terus dikucurkan untuk pengembangan fasilitas penunjang di kampung.

Bupati Berau, Sri Juniarsih, mengatakan, dalam masa periode keduanya saat ini, pengembangan kampung tetap menjadi program prioritas pemerintah.

Mulai dari pengembangan industri perkebunan, pertanian, hingga sektor pariwisata, telah masif diberikan langsung kepada para pelaku usaha sektor tersebut melalui pemerintah kampung.

“Sudah tak ada lagi kampung tertinggal, bukan berarti kami berpuas diri,” kata Sri Juniarsih, Selasa (16/9/2025).

Program tersebut dapat berjalan lancar dengan maksimalnya kinerja para pendamping kampung untuk memastikan pemetaan potensi berjalan selaras dengan target pemerintah.

Dia menyampaikan, program SIGAP yang digagas oleh Bupati Berau 2016-2021, Muharram, disebut efektif dalam memberikan pendampingan pemerintah kampung.

Dirinya menyadari, bila tak ada SIGAP, maka pemerintah kampung akan kewalahan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki lantaran terdapat keterbatasan SDM.

“Ini salah satu faktor suksesnya pembangunan di kampung,” terangnya.

Ke depan, program tersebut akan dikemas dengan lebih apik lagi. Bahkan pemerintah akan mengaktifkan pelibatan pihak ketiga dalam memetakan potensi kampung.

“Ini menjawab kebutuhan transisi ekonomi daerah kita,” tutur dia.

Terkait kebutuhan pengembangan industri wisata di setiap kampung Sri mengakui tak semua kampung memiliki potensi. Namun, dapat menjadi kawasan yang dapat menyuplai kebutuhan industri wisata.

Mulai dari pembuatan kerajinan tangan, batik, kriya, hingga pengolahan lahan untuk percontohan perkebunan dan pertanian yang dapat dikembangkan.

Masyarakat dan pemerintah kampung juga harus melek dengan potensi tersebut dan tak terlena dengan sumber daya yang memiliki batas waktu.

“Kita sudah tidak bisa terlena berada di zona nyaman,” pesannya.

Dirinya berharap, ke depan, pemerintah dan masyarakat dapat saling mendukung dalam menyukseskan masa transisi ekonomi tersebut.

Dia memastikan pemerintah akan serius dalam membangun fondasi ekonomi berkelanjutan untuk bekal Berau di masa yang akan datang.

“Jangan jadi penonton, semua harus bergerak ya,” kata dia. (*/Adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *